Read More

Hari Pertama Sekolah

Dokumentasi Hari Pertama Sekolah
Read More

Slide 2 Title Here

Slide 2 Description Here
Read More

Slide 3 Title Here

Slide 3 Description Here
Read More

Slide 4 Title Here

Slide 4 Description Here
Read More

Slide 5 Title Here

Slide 5 Description Here

Minggu, 14 Juli 2019

SEBERAPA PENTINGKAH HARI PERTAMA SEKOLAH ?


SEBERAPA PENTINGKAH HARI PERTAMA SEKOLAH ?
Salah satu sumber informasi berharga yang bisa kita dapatkan, bersumber dari hari pertama sekolah anak. Sebenarnya, apapun momennya, hari pertama biasanya mendapatkan sorotan. Misalnya saja, hari pertama presiden bekerja. Nah, apalagi hari pertama anak kita bersekolah, seharusnya kita sebagai orang terdekat anak bisa memusatkan perhatian, baik saat mempersiapkan anak menghadapi hari pertama sekolah – entah kembali atau untuk pertama kalinya bersekolah – pula mengamati berbagai hal sepanjang hari itu.
Lantas, mengapa hari pertama sekolah tak boleh dilewatkan oleh siapapun yang terlibat di dalamnya?
Meskipun biasanya hari pertama anak terkesan seremonial atau bahkan superfisial, namun justru hal-hal yang mungkin orang dewasa anggap sepele sangat berarti bagi anak. Misalnya saja, kesempatan memilih tempat duduk. Ayah Ibu tentu tahu kan rasanya telat datang seminar dan mendapat sisa bangku yang mungkin tidak disukai? Nah, hal-hal semacam ini ternyata punya pengaruh dalam proses belajar anak di kelas di kemudian hari.
Oleh karena itu, terdapat tiga alasan utama mengapa kita tidak boleh melewatkan hari pertama sekolah anak. Alasan yang dimaksud mencakup tiga aspek yang berperan penting dalam mengawali proses belajar anak selama setahun mendatang, yakni anak, orangtua, dan guru sebagai perwakilan sekolah yang paling banyak berinteraksi dengan anak dan berpengaruh dalam kegiatan belajar anak di kelas.
Pertama, bagi anak, hari pertama sekolah adalah garis awal yang berdampak besar. Seperti yang telah saya singgung di atas, hal-hal yang bagi orang dewasa tampaknya sepele di hari pertama anak sekolah, justru sangat berpengaruh bagi anak. Perlu diingat bahwa sekolah bukan cuma ‘laboratorium belajar’ anak, namun sekaligus komunitas belajar. Proses belajar anak tidak hanya tercermin dari relasi siswa-guru saja, melainkan juga antarsiswa.
Anak belajar mengenal dan berteman dengan orang-orang baru di hari pertamanya – baik anak yang pertama kali menikmati bangku kelas, naik kelas, maupun naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, melewatkan hari pertama sekolah adalah hal yang sangat disayangkan. Padahal, dari hasil PISA tahun 2012lalu saja, kebahagiaan anak Indonesia tidak tercermin dari prestasi akademiknya, namun justru terlihat dari bagaimana mereka berteman dan menjalin persahabatan. Jangan sampai anak ketinggalan dalam hal berteman – ini akan sangat berpengaruh dalam proses belajar di kelas, misalnya saja, saat belajar berpasangan atau berkelompok. Oleh karena itu, berikan semangat pada anak untuk (kembali) menjalani hari pertamanya di sekolah.
Kedua, bagi orangtua, hari pertama sekolah adalah momentum mengenal komunitas belajar anak. Ki Hajar Dewantara telah lama menyinggung bahwa keluarga adalah pendidik anak yang pertama dan utama. Ini berarti, sebagai orangtua kita tidak bisa menyerahkan begitu saja tanggung jawab pendidikan dan pengasuhan anak ke sekolah. Sekolah adalah partner Ayah Ibu dalam mendidik anak, dan sewajarnya kita mengenal sekolah sebagai komunitas belajar anak.
Nah, bagaimana kita mau mengenal sekolah kalau sebagai orangtua kita tidak aktif di hari pertama sekolah anak? Hari pertama itulah momentum untuk bertegur sapa dengan kepala sekolah dan guru anak, dan memulai menjalin relasi positif dengan mereka. Mengantar anak ke sekolah di hari pertamanya juga menjadi waktu yang tepat untuk melihat bagaimana anak disambut dan diantar untuk mengalami petualangan belajar selama setahun ke depan.
Ketiga, bagi guru, hari pertama sekolah adalah kesempatan menyajikan kesan belajar pertama yang memikat anak. Seperti halnya anak, buat guru hanya ada satu hari yang berfungsi sebagai hari pertama sekolah dalam setahun. Bedanya, guru sebagai pendidik dan teman belajar anak di kelas punya tugas untuk menyiapkan petualangan belajar yang seru buat anak.
Setelah menjalani masa liburan, anak tentu harus membiasakan diri dengan ritme belajar formal yang akan dihadapinya selama setahun ke depan. Untuk itu, di hari pertama sekolah seorang guru harus menyajikan kesan belajar pertama yang positif, yang memikat anak. Tidak harus langsung menyinggung materi belajar; saya pernah membahas bagaimana seorang guru musik, Benjamin Zander, membuka hari pertama sekolah di kelasnya dengan mengapresiasi kekuatan murid-muridnya.
Sebagai orangtua, yang perlu kita lakukan adalah membantu anak mengafirmasi kesan positif yang didapatnya di hari pertama sekolah, termasuk kesan belajar pertama yang memikat di kelas. Caranya, Ayah Ibu bisa menanyakan berbagai pertanyaan keren sepulang anak sekolah.
Source: Temantakita.com
Read More

Selasa, 02 Juli 2019

PERANAN GURU DALAM MENDAYAGUNAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PERANAN GURU DALAM MENDAYAGUNAKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Oleh: Drs. H. Moh. Holili, M.PdI
Kepala UPT SDN Mandaranrejo II
Kota Pasuruan'


Salah satu profil kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap guru, menurut Prof. Dr. T. Raka Joni, MSc (1984) adalah “menyelenggarakan program bimbingan dan konseling”. Kalau kita kaji lebih jauh profil seorang guru dalam hal pendayagunaan bimbingan dan konseling adalah mencakup tiga hal, yaitu: Pertama, membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar; antara lain mencakup masalah-masalah sebagai berikut: a). Mengkaji konsep-konsep dasar bimbingan untuk pendidikan dasar; b). Berlatih mengenal kesulitan belajar murid; dan c). Berlatih memberikan bimbingan kepada murid yang mengalami ksulitan belajar. Kedua, membimbing murid yang berkelainan dan berbakat khusus, antara lain mencakup: a). Mengkaji ciri-ciri anak berkelainan dan berbakat khusus; b). Berlatih mengenal anak berkelainan dan anak berbakat khusus; dan c). Berlatih menyelenggarakan kegiatan untuk anak berkelainan dan berbakat khusus. Ketiga, membina wawasan murid untuk menghargai berbagai pekerjaan yang ada di masyarakat; antara lain mencakup: a). Mengkaji berbagai pekerjaan di masyarakat; b). Menghayati peranan berbagai pekerjaan yang ada di masyarakat; dan c). Berlatih menyelenggarakan kegiatan untuk menimbulkan wawasan positip murid terhadap berbagai jenis pekerjaan dalam masyarakat.

PENTINGNYA BIMBINGAN DAN KONSELING

Berbicara persoalan sekitar pentingnya bimbingan dan konseling ada baiknya kalau kita kemukakan terlebih dahulu pengertiannya. Bimbingan, menurut Crow & Crow (1960) adalah: “bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria maupun wanita yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadahi, kepada seseorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri dan memikul bebannya sendiri”.
Sedangkan konseling, menurut Rogers (1942) adalah: “serangkaian hubungan langsung dengan individu dengan tujuan memberikan bantuan kepadanya dalam mengubah sikap dan tingkah lakunya”.
Bertitik dari pendapat dua ahli pendidikan tersebut, dapat ditarik beberapa pengertian sebagai berikut:
Pertama, bimbingan dan konseling merupakan proses yang berkelanjutan, artinya kegiatan ini selalu diikuti secara terus menerus dan aktif sampai sejauh mana individu yang telah mendapatkan “bantuan” tersebut telah berhasil mencapai tujuan dan penyesuaian diri, baik bagi dirinya maupun dengan lingkunganya.
Kedua, bimbingan dan konseling merupakan proses membantu individu, artinya kegiatan ini merupakan proses yang bersifat kooperatif secara demokratis dari pihak pembimbing, yakni pembimbing hanyalah menolong mengarahkan individu yang disesuaikan dengan kemampuan atau potensinya secara optimal, baik potensi jasmani maupun rohaninya.
Ketiga, bantuan yang diberikan harus ditujukan kepada setiap individu yang memerlukannya di dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, tanpa memandang usia tertentu dan dalam segala tingkat pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai dengan Perguruan Tinggi (PT).
Keempat, bantuan yang diberikan tersebut diharapkan agar individu dapat mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensinya masing-masing, sehingga menjadi pribadi yang mandiri.
Kelima, untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling hendaknya digunakan pendekatan pribadi dengan menggunakan berbagai teknik dan media yang sesuai. Atau dengan perkataan lain, pendekatan pribadi dalam arti perlunya memahami ciri-ciri pribadi yang bersifat unik dan individual sekali. Sedangkan media yang digunakan hendaknya berpedoman kepada “ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani” serta berdasarkan pada norma-norma yang berlaku.
Keenam, agar pelaksanaan bimbingan dan konseling mencapai hasil yang optimal diperlukan adanya personalia-personalia yang memiliki keahlian dan pengalaman serta kiat yang khusus dalam bidang bimbingan dan konseling dengan bantuan dan peran aktif seluruh staf sekolah termasuk guru bidang studi.
Dari beberapa pengertian di atas, jelaslah bahwa masalah bimbingan dan konseling sangat besar dampak positifnya dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu masalah bimbingan dan konseling ini perlu mendapatkan perhatian dan ditempatkan pada proporsi yang sebenarnya. Artinya penerapannya tidak bersifat tambal sulam; melainkan harus direncanakan secara sungguh-sungguh yang dapat dipertanggung jawabakan. Atau dengan kata lain, masalah bimbingan dan konseling ini harus didayagunakan secara maksimal dalam arti sesuai dengan tujuan, fungsi, sasaran, prinsip-prinsip, dan asas-asas yang berlaku dalam bimbingan dan konseling itu sendiri.

PERANAN GURU

Pendayagunaan masalah bimbingan dan konseling di lembaga pendidikan formal adalah sangat erat dan bahkan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tugas, tanggung jawab dan peranan guru. Hal ini karena guru mengemban missi ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’ yaitu mengajar dan mendidik putra-putri bangsa melalui proses pembelajaran.
Oleh karena itu, agar guru dapat melaksanakan tugas, tanggung jawab, dan peranannya dengan baik, maka ia “dituntut” harus senantiasa membekali diri dengan berbagai knowledge (pengetahuan), afektif (sikap) dan skill (keterampilan). Misalnya ia harus mengenal dan memahami segala aspeks pribadi anak didiknya, baik jasmani maupun psikhis; cara memotivasi; kesehatan mental; kemajuan dan kemunduran prestasi belajar anak didiknya; dan lain sebagainya.
Adapun peranan guru dalam pendayagunaan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
1.      Pengambil inisiatip, pengarah, dan penilai kegiatan-kegiatan pendidikan. Artinya guru harus turut serta memikirkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan dan nilainya.
  1. Wakil masyarakat. Artinya dalam lingkungan sekolah guru menjadi wakil masyarakat, yaitu prilaku guru harus mencerminkan suasana dan kemamuan masyarakat dalam arti yang baik.
  2. Orang ahli dalam mata pelajaran. Artinya guru harus bertanggung jawab dalam mewariskan kebudayaan kepada generasi muda.
  3. Penegak disiplin. Artinya guru harus berupaya semaksimal mungkin menjadi tauladan dalam penegakan disiplin.
  4. Pemimpin generasi muda. Artinya masa depan generasi muda terletak ditangan guru, maka guru harus berperan sebagai pemimpin mereka dalam mempersiapkan diri untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi bangsa dan negara.
  5. Penerjemah kepada masyarakat. Artinya guru harus berperan untuk menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat, khususnya masalah-masalah pendidikan.
  6. Petugas sosial. Artinya seorang guru harus membantu kepentingan masyarakat. Hal ini karena guru ‘di mata masyarakat’ merupakan petugas sosial yang dapat dipercaya.
  7. Pelajar dan ilmuan. Artinya seorang guru senantiasa harus menuntut ilmu pengetahuan dengan berbagai cara, baik secara formal maupun secara otodidak. Hal ini guna mengimbangi perkembangan dunia di mana dewasa ini terasa semakin global. Disamping itu, ia harus lebih memperdalam tugas spesialisasinya, misalnya seorang guru bidang studi agama; maka ia harus menjadi dari dunia keagamaan. Demikian juga dengan guru bidang studi yang lain. Atau dengan kata lain, seorang guru harus semakin profesional dalam tugas sehari-harinya.
  8. Orang tua. Artinya bahwa tugas guru adalah mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya. Hal ini karena sekolah merupakan lembaga pendidikan sesudah keluarga, sehingga keberadaan sekolah dalam arti luas pada hakekatnya merupakan keluarga di mana guru berperan sebagai orang tua dari pada anak didiknya.
  9. Pencari teladan. Artinya seorang guru harus senantiasa mencarikan teladan yang baik bagi para anak didiknya, dan bahkan bagi seluruh masayarakat. Hal ini karena guru merupakan salah satu ukuran bagi tegaknya norma-norma tingkah laku yang dianggap baik dalam kehidupan masyarakat pada umumnya.
  10. Pecari keamanan. Artinya seorang guru harus senantiasa harus menacirkan rasa aman bagi anak didiknya, termasuk bagi orang lain. Atau dengan perkataan lain, guru menjadi tempat berlindung bagi para subyek didiknya untuk memperoleh rasa aman dan puas di dalamnya.
  11. Ahli psikologi pendidikan. Artinya seorang guru dituntut agar senantiasa harus mengetahui, memahami, dan menerapkan prinsip-prinsipilu jiwa pendidikan; sehingga dengan demikian diharapkan dapat memberikan pelayanan secara tepat dalam upaya mengembangtumbuhkan subyek didiknya sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya masing-masing.
  12. Seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relation). Artinya seorang guru dituntut harus mampu membuat hubungan antar manusia dalam mencapai tujuan tertentu, khusussnya masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pendidikan dengan menggunakan berbagai teknik yang munkin dapat dilakukannya.
  13. Catalystic agent. Artinya seorang guru hendaknya berupaya semaksimal mungkin dapat menimbulkan pengaruh positip dalam melakukan pembaharuan pendidikan. Hal ini, karena keberadaan profesi guru dewasa ini sudah beralih fungsi dari agen pengetahuan menjadi agen inovator (pembaharua
  14. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker). Artinya seorang guru disamping melaksanakan tugas pokoknya yakni mengajar dan mendidik, ia juga harus bertanggung jawab terhadap pembinaan kesehatan mental subyek didiknya dengan cara melakukan identifikasi dan diagnose sedini mungkin; sehingga dengan demikian dapat ‘bertindak’ secara tepat dalam menanggulangi gangguan gejala mental para subyek didiknya.
Demikian tulisan yang berkaitan dengan peranan guru dalam mendayagunakan bimbingan dan koseling ini. Semoga ada guna dan manfaatnya sebagai salah satu referensi bagi sesama rekan guru di mana saja ia bertugas. Selamat bertugas.
%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%
Dafatar Kepustakaan
1.      T. Raka Joni, Pendekatan Kemampuan Guru Dalam Pendidikan Pra-jabatan Tenaga Kependidikan – kasus pendidikan guru, Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, Jakarta, 1984
2.      Prof. Dr. H.M. Arifin, M.Ed dan Ety Kartikawati, Bimbingan dan Koseling, Dirjen Bimbaga Islam Departemen Agama RI – Jakarta, 1994
3.      Drs. Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Penerbit: Remaja Rosdakarya – Bandung, 1996
4.      Prof. Dr. H. Jalaluddin, Psikologi Agama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001

Read More

PROFIL KEPRIBADIAN KEPALA SEKOLAH

PROFIL KEPRIBADIAN KEPALA SEKOLAH

Oleh 

Drs. H. MOH. HOLILI, M.Pd.I
Kepala UPT SDN MANDARANREJO 2 
KOTA PASURUAN 


Jabatan kepala sekolah merupakan salah satu jenis jabatan kepemimpinan dalam dunia pendidikan. Ditinjau dari pengertiannya, kepemimpinan pendidikan secara umum mempunyai makna “sebagai satu kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordionir, dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran"” (Baca: Dirawat, Drs; et al: 1983 : 33)
Berpijak pada pengertian di atas, maka kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan pada umumnya dan sebagai penggungjawab secara langsung terselenggaranya proses belajar dalam lingkungan sub sistem persaekolahan yang menjadi wewenangnya pada khususnya, senantiasa dituntut melakukan berbagai inovasi (pembaharuan) yakni mengembangkan sekolah sebagai Pusat Kebudayaan dan Ketahanan Sekolah. Hal ini penting, karena sekolah harus ikut berkiprah dalam pembangunan bangsa dan negara; yakni memperoses potensi yang dimiliki peserta didik berupa bakat, minat dan kemampuan menjadi sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang tanggung dalam upaya menjawab tantangan adanya kemajuan perkembvangan ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya dan keamanan di lingkungan masyarakat.
Oleh karena itu, untuk memangku jabatan kepala sekolah sebagai pemimnpin pendidikan yang dapat melaksanakan dan memainkan peran dalam pengembangan sekolah sebagai Pusat Kebudayaan dan Ketahanan Sekolah, maka seorang kepala sekolah dituntut harus memenuhi persyaratan-persyaratan, baik jasmani, rohani, maupun status sosial ekon omi yang layak. Namun, tulisan ini hanya mengedepankan beberapa persyaratan keperibadian yang menyangkut aspeks jasmaniah dan rohaniah dari seorang kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan yang baik. Persyaratan kepribadian ini menjadi penting, karena banyak dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan, seperti: Mc. Nerney, Stogdil, Terry, Erwin Schall, Ordwdy, Dr. Le Bon, dan Ki Hajar Dewantoro; yang mana antara satu dengan lainnya berbeda-beda, tetapi pada dasarnya mempunyai makna yang sama, yakni saling melengkapi.
Adapun persyaratan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan mencaklup beberap hal sebagai berikut:
1. Krakter dan moral yang tinggi
Seorang kepala sekolah harus memiliki krakter dan moral yang tinggi, hal ini mencakup beberapa kriteria sebagai berikut: (a) Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik ucapan maupun perbuatan sehari-harinya. (b) Memiliki keyakinan atau falsafah hidup yang kuat, jelas dan benar. (c) Teguh pendirian di dalam memegang dan membela nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi. (d) Penuh kasih sayang terhadap sesama manusia, teristimewa kepada rekan-rekan sekerja dan oreang-orang yang dipimpinnya. (e) Dermawan dan suka menolong. (f) Ikhlas dalam pengabdian. (g) Rendah hati dan pema’af. (h) Berani dan percaya pada diri sendiri. (I) Sopan, jujur, dan bertanggungjawab. (j) Berani mengakui kekurangan dan kesalahan. (k) Teguh di dalam memegang dan menaati janji. (l) Bersikap adil dan bijaksana.
2. Semangat dan kemampuan intelektual
Seorang kepala sekolah harus memiliki semangat dan kemampuan intelektual yang mumpuni, hal ini memncakuyp beberapa kriteria sebagai berikut: (a) Memiliki kecerdasan yang relatif tinggi. (b) Sistimatis dalam berfikir. (c) Kritis di dalam menganalisis setiap masalah. (d) Memiliki kemurnian atau keaslian dalam berpendapat. (e) Kreatif dalam berencana dan berbuat. (f) Memiliki sikap optimisme-paedagogis. (g) Memiliki pengetahuan yang berhubungan dengan jabatannya, dan pengetahuan umuym yang relatif luas. (h) Memiliki kegemaran dan lapangan minat yang relatif positif dan luas. (I) Memiliki kemauan yang kuat dan semangat yang hangat di dalam menghadapi setiap problem dan tugas-tugas jabatan.
3. Kematangan dan keseimbangan emosi
Seorang kepala sekolah harus memiliki kematangan dan keseimbangan emosi yang handal, hal ini mencakup beberapa kriteria sebagai berikut: (a) Mengutamakan ratio dan semangat diskusi (discussion minded) di dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. (b) Tidak pemarah atau penaik darah (phlegmatious). (c) Selalu riang dan cukup humoris. (d) Dapat mengendalikan perasaan yang meluap. (e) Bersikap tenang di dalam menghadapi situasi-situasi kritis. (f) Memiliki sikap dan pendirian yang mantap. (g) Teratur, terarah, dan terkontrol dalam penyampaian maksud, pendapat, atau buah pikiran. (h) Dapat menyimppan rahasia jabatan. (I) Berjiwa tentram dan penuh kedamaian.
4. Kematangan dan penyesuaian sosial.
Seorang kepala sekolah harus memiliki kematangan dan penyesuaian sosial yang benar-benar-benar tumbuh dari hati nurani, hal ini mencakup beberapa kriteria sebagai berikut: (a) Menyadari diri dan statusnya dalam setiap lingkungan sosialnya. (b) Mengetahui dan mentaati huykum-hukum, peraturan-peraturan dan tuntutan-tuntutan sosial dimana ia bereda. (c) Mengakui kepemimpinan orang lain. (d) Mengakui dan menghormati hak-hak orang lain. (e) Menghormati pribadi dan pendapat orang lain. (f) Suka dan dapat bekerja sama dengan orang lain. (g) Ramah, supel dan luwes dalam pergaulan. (h) Berorientasi dan concern terhadap kepentingan masyarakat (community oriented).
5. Kemampuan kepemimpinan
Seorang kepala sekolah harus memiliki kemampuan kepemimpinan yang tumbuh karena bakat, pengalaman, dan peningkatan pendidikan. Hal ini mencakup beberapa kriteria sebagai berikut: (a) Dapat memahami secara jelas, menerangkan dan mendiskusikan dengan teman-teman sekerjanya tentang tujuan-tujuan kongkrit yang hendak dicapai bersama. (b) Memiliki pandangan yang jauh kedepan dan menyeluruh (projective and prospective).(c) Dapat menggerakkan dan memanfaatkan secara obyektif segala potensi porsonil dan materiil yang ada untuk mencapai tujuan-tujuan dari lembaga yang dipimpinnya. (d) Dapat mendoprong dan membina kerjasama secara efektif dalam kelompok kerjanya. (e) Memahami tentang cara-cara memotivasi staf teman sekerja atau orang yang dipimpinnya, sehingga mereka rela dan penuh gairah serta tanggungjawab bagi pencapaian tujuan-tujuan yang telah disepakati bersama. (f) Peka terhadap setiap gejala atau rangsangan-rangsangan yang bisa menghambat kelancaran dan efektivitas kerja staf dari lembaga sekolah yang dipimpinnya. (g) Dapat memberikan keputusan-keptusan yang tepat dalam waktu singkat tenntang masalah-masal;ah yang menyangkut kegiatan dan kehidupan kelompok kerjanya. (h) Menaruh perhatian yang besar dan merasa concern terhadap problema-problema pribadi dan jabatan yang dihadapi oleh anggota staf, teman sekerja atau orang-orang yang dipimpinnya. (I) Dapat berbicara dengan baik, sistimatis dan lancar (publik speaker)
6. Kemampuan mendidik dan mengajar
Seorang kepala sekolah pada dasarnya tidak dibenarkan melupakan masalah-masalah yang berkaitan dengan kemampuan mendidik dan mengajar, walaupun sudah tidak lagi menjadi guru, melainkan ia harus menjadi contoh yang lebih profesional bagi guru-guru yang dipimpinnya. Kemampuan mendidik dan mengajar bagi seorang kepala sekolah ini mencakup beberapa kriteria sebagai berikut: (a) Memahami secara jelas tujuan-tujuan mendidik dan pengalaman belajar serta aktivitas pengajaran. (b) Memahami materi-materi pengajaran dan pengalaman belajar yang paling sesuai bagi pencapaian tujuan mendidik dan mengajar. (c) Memahami dan dapat memberikan contoh-contoh atau menggunakan konsep metode-metode mengajar dan belajar yang up to date dengan berbagai variasi yang menghidupkan dan memperkaya suasana belajar dan mengajar. (d) Mengetahui sumber-sumber bahan pengajaran yang ada di dalam lingkungan sekolah dan ditengah-tengah masyarakat (community resources) serta memanfaatkannya secara efektif. (e) Memahami dan dapat membimbing proses belajar dan mengajar. (f) Pandai merencanakan pelaksanaan pengajaran yang sukses (instructional planning). (g) Dapat menerangkan segala sesuatu secara jelas, mudah di mengerti oleh guru-guru atau murid-murid dengan sistimatis. (h) Dapat menilai hasil-hasil pendidikan pengajaran secara tepat, dapat dipercaya dan obyektif (valid, reliable, dan obyektive). (I) Bersikap kontinyu di dalam pertumbuhan pribadi dan jabatan secara profesional.
7. Kesehatan dan penampakan jasmaniah.
Seorang kepala sekolah harus senantiasa menjaga kesehatannya, baik jasmani maupun rohani, sehingga dapat melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan yang menjadi tanggungjawabnya dengan baik. Hal ini dapat ditransformasikan dalam penampakan prilaku sehari-hari seorang kepala sekolah sebagai berikut: (a) Memiliki tampang jasmani yang baik dalam arti tidak cacat. (b) Memiliki tenaga jasmaniah yang memadahi. (c) Sehat dan penuh kesegaran. (d) Simpatik dalam gerak, gaya dan sikap. (e) Pembersih, bercukur dan bersisir rapi. (f) Mengenakan pakaian yang sopan, pantas dan tidak berlebih-lebihan. (g) Warna-warni pakaian yang dikenakan tidak menyolok dan sedap dipandang mata. (h) Tanu memilih dan menggunakan pakaian yang sesuai dengan situasi dan tempat.
Dari uraian persyaratan kepribadian di atas dapatkesimpulan bahwa tidak semua orang atau guru dapat menduduki jabatan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan, kalau memang benar-benar aturan tersebut diterapkan. Jabatan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus dipilih dari guru-guru yang benar-benar memenuhi persyaratan, baik jasmani, rohani, status sosial, ekonomi, prestasi kerja, maupun masalah kepribadiannya.
Demikian tulisan ini, semoga ada guna dan manfaatnya bagi segenap pejabat pengambil keputusan khususnya, dan para pengelola lembaga satuan pendidikan pada umumnya.
Read More

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest

Like us on Facebook

Total Tayangan Halaman

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Copyright © UPT SDN MANDARANREJO II KOTA PASURUAN | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com