BEBERAPA KIAT KEPALA SEKOLAH
DALAM MENUMBUHKAN SEMANGAT KERJASAMA DI SEKOLAH
Oleh
Drs. H. MOH. HOLILI, M.Pd.I
Kepala UPT SDN MANDARANREJO II KOTA PASURUAN
Kerja sama merupakan salah satu fitrah manusia sebagai mahluk sosial.
Kerja sama memiliki dimensi yang sangat luas dalam kehidupan manusia, baik
terkait tujuan positif maupun negatif. Dalam hal apa, bagaimana, kapan
dan di mana seseorang harus bekerjasama dengan orang lain tergantung pada
kompleksitas dan tingkat kemajuan peradaban orang tersebut. Semakin modern
seseorang, maka ia akan semakin banyak bekerja sama dengan orang lain,
bahkan seakan tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu tentunya dengan bantuan
perangkat teknologi yang modern pula.
Bentuk kerjasama
dapat dijumpai pada semua kelompok orang dan usia. Sejak masa kanak-kanak,
kebiasaan bekerjasama sudah diajarkan di dalam kehidupan keluarga. Setelah
dewasa, kerjasama akan semakin berkembang dengan banyak orang untuk memenuhi
berbagai kebutuhan hidupnya. Pada taraf ini, kerjasama tidak hanya didasarkan
hubungan kekeluargaan, tetapi semakin kompleks. Dasar utama dalam kerja sama
ini adalah keahlian, di mana masing-masing orang yang memiliki keahlian
berbeda, bekerja bersama menjadi satu kelompok/tim dalam menyelesaikan sebuah
pekerjaan. Kerja
sama tersebut adakalanya harus dilakukan dengan orang yang sama sekali
belum dikenal, dan begitu berjumpa langsung harus bekerja bersama dalam sebuah
kolempok. Oleh karena itu, selain keahlian juga dibutuhkan kemampuan
penyesuaian diri dalam setiap lingkungan atau bersama segala mitra yang
dijumpai.
Dari sudut pandang sosiologis, pelaksanaan kerjasama
antar kelompok masyarakat ada tiga bentuk, yaitu: (a) bargaining
yaitu kerjasama antara orang per orang dan atau antarkelompok untuk mencapai
tujuan tertentu dengan suatu perjanjian saling menukar barang, jasa, kekuasaan,
atau jabatan tertentu, (b) cooptation yaitu kerjasama dengan
cara rela menerima unsur-unsur baru dari pihak lain dalam organisasi sebagai
salah satu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan stabilitas organisasi,
dan (c) coalition yaitu kerjasama antara dua organisasi atau
lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Di antara oganisasi yang berkoalisi
memiliki batas-batas tertentu dalam kerjasama sehingga jati diri dari
masing-masing organisasi yang berkoalisi masih ada. Bentuk-bentuk kerjasama di
atas biasanya terjadai dalam dunia politik (Soekanto, 1986).
Selain pandangan
sosiologis, kerjasama dapat pula dilihat dari sudut manajemen yaitu dimaknai
dengan istilah collaboration. Makna ini sering digunakan dalam
terminologi manajemen pemberdayaan staf yaitu satu kerjasama antara manajer
dengan staf dalam mengelola organisasi. Dalam manajemen pemberdayaan, staf
bukan dianggap sebagai bawahan tetapi dianggap mitra kerja dalam usaha
organisasi (Stewart, 1998).
Kerja
sama (collaboration) dalam pandangan Stewart
merupakan bagian dari kecakapan ”manajemen baru” yang belum
nampak pada manajemen tradisional. Dalam bersosialisasi dan berorganisasi,
bekerjasama memiliki kedudukan yang sentral karena esensi dari kehidupan sosial
dan berorganisasi adalah kesepakatan bekerjasama. Tidak ada organisasi
tanpa kerjasama. Bahkan dalam pemberdayaan organisasi, kerjasama adalah
tujuan akhir dari setiap program pemberdayaan. Manajer akan ditakar
keberhasilannya dari seberapa mampu ia menciptakan kerjasama di dalam
organisasi (intern), dan menjalin kerja sama dengan pihak-pihak di
luar organisasi (ekstern).
Sekolah adalah
sebuah oganisasi. Di dalam sekolah terdapat struktur organisasi, mulai kepala
sekolah, wakil kepala, dewan guru, staf, komite sekolah, dan tentu saja
siswa-siswi. Dalam sekolah terdapat kurikulum dan pembelajaran, biaya, sarana,
dan hal-hal lain yang harus direncanakan, dilaksankan, dipimpin, dan diawasi,
yang kesemuanya itu bermuara pada hubungan kerja sama atau human relation.
Terkait dengan cara menumbuhkan semangat kerjasama di lingkungan sekolah,
Michael Maginn (2004) mengemukakan 14 (empat belas) cara, yakni:
- Tentukan tujuan bersama dengan jelas.
Sebuah tim bagaikan sebuah kapal yang berlayar di lautan luas. Jika tim
tidak memiliki tujuan atau arah yang jelas, tim tidak akan menghasilkan
apa-apa. Tujuan memerupakan pernyataan apa yang harus diraih oleh tim,
dan memberikan daya memotivasi setiap anggota untuk bekerja. Contohnya, sekolah
yang telah merumuskan visi dan misi sekolah hendaknya menjadi tujuan bersama.
Selain mengetahui tujuan bersama, masing-masing bagian seharusnya mengetahui
tugas dan tanggungjawabnya untuk mencapai tujuan bersama tersebut.
- Perjelas keahlian dan tanggung jawab anggota.
Setiap
anggota tim harus menjadi pemain di dalam tim. Masing-masing bertanggung jawab
terhadap suatu bidang atau jenis pekerjaan/tugas. Di lingkungan sekolah, para
guru selain melaksanakan proses pembelajaran biasanya diberikan tugas-tugas
tambahan, seperti menjadi wali kelas, mengelola laboratorium, koperasi, dan
lain-lain. Agar terbentuk kerja sama yang baik, maka pemberian tugas tambahan
tersebut harus didasarkan pada keahlian mereka masing-masing.
- Sediakan waktu untuk menentukan cara
bekerjasama.
Meskipun
setiap orang telah menyadari bahwa tujuan hanya bisa dicapai melalui kerja
sama, namun bagaimana kerja sama itu harus dilakukan perlu adanya pedoman.
Pedoman tersebut sebaiknya merupakan kesepakatan semua pihak yang terlibat.
Pedoman dapat dituangkan secara tertulis atau sekedar sebagai konvensi.
- Hindari masalah yang bisa diprediksi.
Artinya
mengantisipasi masalah yang bisa terjadi. Seorang pemimpin yang baik
harus dapatmengarahkan anak buahnya untuk mengantisipasi masalah yang akan
muncul, bukan sekedar menyelesaikan masalah. Dengan mengantisipasi, apa lagi
kalau dapat mengenali sumber-sumber masalah, maka organisasi tidak akan
disibukkan kemunculan masalah yang silih berganti harus ditangani.
- Gunakan konstitusi atau aturan tim yang telah
disepakati bersama.
Peraturan
tim akan banyak membantu mengendalikan tim dalam menyelesaikan pekerjaannya dan
menyediakan petunjuk ketika ada hal yang salah. Selain itu perlu juga ada
konsensus tim dalam mengerjakan satu pekerjaan..
- Ajarkan rekan baru satu tim
Agar
anggota baru mengetahui bagaimana tim beroperasi dan bagaimana perilaku
antaranggota tim berinteraksi. Yang dibutuhkan anggota tim adalah gambaran
jelas tentang cara kerja, norma, dan nilai-nilai tim. Di lingkungan sekolah ada
guru baru atau guru pindahan dari sekolah lain, sebagai anggota baru yang baru
perlu ”diajari” bagaimana bekerja di lingkungan tim kerja di
sekolah. Suatu sekolah terkadang sudah memiliki budaya saling pengertian, tanpa
ada perintah setiap guru mengambil inisiatif untuk menegur siswa jika tidak
disiplin. Cara kerja ini mungkin belum diketahui oleh guru baru sehingga perlu
disampaikan agar tim sekolah tetap solid dan kehadiran guru baru tidak merusak
sistem.
- Selalulah bekerjasama,
Caranya
dengan membuka pintu gagasan orang lain. Tim seharusnya menciptakan
lingkunganyang terbuka dengan gagasan setiap anggota. Misalnya sekolah
sedang menghadapi masalah keamanan dan ketertiban, sebaiknya dibicarakan secara
bersama-sama sehingga kerjasama tim dapat berfungsi dengan baik.
- Wujudkan gagasan menjadi kenyataan.
Caranya
dengan menggali atau memacu kreativitas tim dan mewujudkan menjadi suatu
kenyataan. Di sekolah banyak sekali gagasan yang kreatif, karena itu usahakan
untuk diwujudkan agar tim bersemangat untuk meraih tujuan. Dalam menggali
gagasan perlu mencari kesamaan pandangan.
- Aturlah perbedaan secara aktif.
Perbedaan pandangan atau bahkan konflik adalah hal yang biasa terjadi di
sebuah lembaga atau organisasi. Organisasi yang baik dapat memanfaatkan
perbedaan dan mengarahkannya sebagai kekuatan untuk memecahkan masalah.
Cara yang paling baik adalah mengadaptasi perbedaan menjadi bagian konsensus
yang produktif.
- Perangi virus konflik,
Jangan
sekali-kali ”memproduksi” konflik. Di sekolah terkadang ada saja
sumber konflik misalnya pembagian tugas yang tidak merata ada yang terlalu
berat tetapi ada juga yang sangat ringan. Ini sumber konflik dan perlu dicegah
agar tidak meruncing. Konflik dapat melumpuhkan tim kerja jika tidak segera
ditangani.
- Saling percaya.
Jika kepercayaan antaranggota hilang, sulit bagi tim untuk bekerja
bersama. Apalagi terjadi, anggota tim cenderung menjaga jarak, tidak siap
berbagi informasi, tidak terbuka dan saling curiga.. Situasi ini tidak
baik bagi tim. Sumber saling ketidakpercayaan di sekolah biasanya berawal
dari kebijakan yang tidak transparan atau konsensus yang dilanggar oleh
pihak-pihak tertentu dan kepala sekolah tidak bertindak apapun. Membiarkan
situasi yang saling tidak percaya antar-anggota tim dapat memicu konflik.
- Saling memberi penghargaan.
Faktor nomor satu yang memotivasi karyawan adalah perasaan bahwa mereka
telah berkontribusi terhadap pekerjaan danm prestasi organisasi. Setelah sebuah
pekerjaan besar selesai atau ketika pekerjaan yang sulit membuat tim lelah,
kumpulkan anggota tim untuk merayakannya. Di sekolah dapat dilakukan sesering
mungkin setiap akhir kegiatan besar seperti akhir semester, akhir ujian
nasional, dan lain-lain.
- Evaluasilah tim secara teratur.
Tim
yang efektif akan menyediakan waktu untuk melihat proses dan hasil kerja tim.
Setiap anggota diminta untuk berpendapat tentang kinerja tim, evaluasi kembali
tujuan tim, dan konstitusi tim.
- Jangan menyerah.
Terkadang
tim menghadapi tugas yang sangat sulit dengan kemungkinan untuk berhasil sangat
kecil. Tim bisa menyerah dan mengizinkan kekalahan ketika semua jalan
kreativitas dan sumberdaya yang ada telah dipakai. Untuk meningkatkan semangat
anggotanya antara lain dengan cara memperjelas mengapa tujuan tertentu menjadi
penting dan begitu vital untuk dicapai. Tujuan merupakan sumber energi tim.
Setelah itu bangkitkan kreativitas tim yaitu dengan cara menggunakan kerangka
fikir dan pendekatan baru terhadap masalah.
Demikinan tulisan semoga ada guna dan manfaatnya
bagi segenap pengelola lembaga pendidikan dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan secara optimal.
&&&&&&&&
Sumber:
Soekanto, S. 1986. Sosiologi
Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Maginn, M. 2004. Making Teams
Work: 24 Poin Penting Seputar Kesuksesan dalam Bekerjasama. Jakarta:
Bhuana Ilmu Populer.
Stewart, A. 1998. Empowering
People. Yogyakarta: Kanisius.
000
0 komentar:
Posting Komentar